Jumat, 21 Maret 2014

Panel Listrik Medium Voltage SM6 Schneider

Unit Definitions
Below is the list of SM6 units used in MV/LV
transformer substations and industrial distribution
substations:
  1. IM, IMC, IMB switch
  2. PM fused switch
  3. QM, QMC, QMB fuse-switch combination
  4. CRM, CVM contactor and contactor with fuses
  5. DM1-A, DM1-D, DM1-S single-isolation disconnectable SF6 type circuit breaker
  6. DMV-A, DMV-D, DMV-S single-isolation vacuum type circuit breaker frontal
  7. DMVL-A, DMVL-D single-isolation disconnectable vacuum type circuit breaker lateral
  8. DM1-W, DM1-Z withdrawable single-isolation SF6 type circuit breaker
  9. DM2 double-isolation disconnectable SF6 type circuit breaker
  10. DM2-W withdrawable double-isolation SF6 type circuit breaker only for 36 kV
  11. CM, CM2 voltage transformers
  12. GBC-A, GBC-B current and/or voltage measurements 
  13. NSM-cables for main incoming and standby 
  14. NSM-busbars for main incoming and cables for standby 
  15. GIM intermediate bus unit
  16. GEM extension unit
  17. GBM connection unit
  18. GAM2, GAM incoming cable connection unit
  19. SM disconnector
  20. TM MV/LV transformer unit for auxiliaries 
  21. Other units, consult us 
  22. Special function EMB busbar earthing only for 24 kV.

Kamis, 20 Maret 2014

Hubungi Kami

Untuk Informasi Lebih Lanjut Silahkan Hubungi :
S.Fakhrurrozy| Darel Selaras Utama , Indonesia|Sales Manager
Phone: +62 21 45555919 - |Fax: +62 21-82425071
Address:
PT. Darel Selaras Utama, Villa Nusa Indah II Blok HH2 No09, Bojong Kulur,
Gunung Putri, Bogor.

Email: fakhrur@darelselaras.com

Manfaat ATS GENSET (Automatic Transfer Switch) Genset to PLN

ATS GENSET (Automatic Transfer Switch) Genset to PLN

 

Panel "ATS"  kepanjangan dari : Automatic Transfer Switch. Fungsi alat ini untuk menghidupkan genset ketika listrik mati tanpa perantaraan manusia ( Operator ) dan mematikan genset secara otomatis ketika   listrik PLN hidup kembali dengan aman. ATS desain kami ini dapat digunakan pada semua jenis genset, baik yang menggunakan mesin Bensin maupun mesin Diesel yang Menggunakan electric starter.
 

 

 

Mengapa Sebaiknya Menggunakan “ATS”
1. Pada saat terjadi pemadaman listrik oleh PLN, bagi kita yang setiap hari dalam rutinitasnya selalu menggunakan listrik akan segera menghidupkan genset, pekerjaan menghidupkan dan mematikan Genset akan menjadi repot ketika Listrik PLN mati pada tengah malam dengan kondisi gelap gulita harus keluar rumah untuk menghidupkan genset dan keamanan belum tentu terjamin, dengan adanya ATS kita tidak perlu repot dan memudahkan kegiatan kita.
2.Bagi instansi Pemerintah maupun Swasta, Pabrik maupun Kantor akan menjadi sangat kerepotan dan tergangu untuk menunggu seseorang menghidupkan genset. ( Tidak semua instansi maupun kantor mempunyai operator genset ) dengan adanya ATS tidak perlu terlalu lama untuk menunggu listrik dari Genset menyala secara otomatis.
3. Pada kasus-kasus terjadinya kerusakan genset ( Terbakar ) akibat bertemunya arus listrik dari genset dan Arus listrik PLN karena kelalaian dari operator yang lupa melepaskan hubungan kabel listrik dari genset yang terpasang pada jaringan Rumah ketika listrik PLN hidup kembali. Dengan adanya ATS Permasalahan ini tidak akan terjadi.



Referensi Blog

 Berikut beberapa web referensi yang bisa anda kunjungi :
http://www.azizefendi.com
http://listrikdirumah.com

COS (Change Over Switch) dan ATS (Automatic Transfer Switch)

Salam JOS buat semua temen-temen teknik elektro, wabilkhusus buat temen-temen satu almamater di Univ.Sultan Ageng Tirtayasa. Hari ini pemebahasannya mengenai Change Over Sitch atau disingkat COS, berhubung saya ada pekerjaan untuk melakukan desain dan perancangan Change Over Switch di PT. Vopak Terminal merak dengan kapasitas 1250 Ampere dan di PT. Bluescope Steel Indonesia dengan kapasitas 1250 Ampere & 400 Ampere, oleh karena itu akan saya bahas sedikit dan berbagi apa sih COS itu, mungkin buat sebagian rekan-rekan sudah paham, pembahasan ini diperuntukkan buat temen-temen mahasiswa yang mungkin belum paham mengenai COS. COS adalah sebuah komponen listrik tegangan tinggi yang berfungsi sebagai pengalih sumber tegangan yang jenisnya seperti switch. Biasanya COS digunakan untuk mengalihkan tegangan dari sumber PLN ke sumber tegangan lain seperti genset dan baterai apabila terjadi pemadaman. Ada dua jenis COS, Manual & Auto. Kalau yang Manual jenisnya seperti switch biasa dan penggunaanya juga manual atau untuk melakukan pengalihannya diperlukan operator atau teknisi untuk melakukan pengalihan source, sedangkan kalau yang Automatic atau biasa disebut ATS (Automatic Transfer Switch) secara otomatis source akan beralih misal dari PLN ke baterai selama genset belum berjalan apabila terjadi Main Failure pada sistem kelistrikan. Berikut adalah bentuk dari COS Manual dan Automatic.

COS Manual
Sumber Gambar: www.socomec.com
COS Automatic / ATS (Automatic transfer Switch)
Sumber Gambar: www.diytrade.com
Prinsip kerja ATS atau (Automatic Transfer Switch) yaitu dengan menggunakan sensor dan sistem AMF (Automatic Main Failure), ATS ini biasanya disandingkan dengan baterai berkapasitas besar untuk membackup tegangan sementara selama genset belum berjalan. Contoh: apabila sensor mendeteksi tidak adanya sumber tegangan pada PLN maka akan secara otomatis penggunaan source beralih ke baterai dan setelah genset berjalan beban akan dialihkan ke genset. Jika sistem ini disatukan dalam satu kesatuan maka sistem ini menjadi UPS atau (Uninterupt Power Supply). Sedikit gambaran agar tidak salah persepsi, yang kita tau kan Baterai itu hanya menyimpan Arus DC (Direct Current) atau arus searah, sedangkan listrik PLN itu sifatnya AC (Alternating Current) atau arus bolak-balik dan beban yang digunakan di perusahaan didominasi dengan beban-beban AC, loh kok bisa Arus DC dari baterai dapat mensuplai atau membackup beban yang seharusnya dialiri arus AC. Nah biar gak salah kaprah saya jelasin sedikit ya. Untuk gampangnya bisa lihat gambardi bawah ini :


Principal UPS
Sumber Gambar: www.answers.com

Pada keadaan normal atau pada saat beban disuplai dari listrik PLN, maka baterai akan mengisi daya melalui media charger, media charger tersebut terdiri dari rangkaian AC to DC Converter yang bersifat merubah Arus AC menjadi DC sehingga arus yang masuk ke dalam baterai adalah arus DC. Kemudian apabila terjadi kegagalan trasnsfer daya dari PLN ke beban atau Main Failure otomatis baterai berhenti mencharger, pada saat itu baterai bersifat sebagai sumber daya untuk membackup sementara suplai daya ke beban, namun sebelum tegangan dari baterai mensuplai beban dilakukan konversi terlebih dahulu dengan menggunakan rangkaian inverter sehingga arus DC dari baterai dirubah menjadi AC baru kemudian dapat mensuplai daya ke beban. Penggunaan baterai sebagai sumber daya ke beban hanya bersifat sementara karena mengingat kapasitas baterai yang terbatas, lah wong namanya juga backup ya jangan lama-lama, setelah genset dinyalakan nah genset lah yang berfungsi sebagai suplai daya utama pengganti source PLN. Setelah source dari PLN hidup lagi ya genset diistirahatkan kembali dan baterai secara otomatis men-charger kembali.

Apabila ada yang belum dipahami silahkan tanyakan lewat kolom komentar atau mungkin ada masukkan dari para sespuh yang mungkin lebih paham mengenai sistem ini dipersilahkan...

Source :
http://www.azizefendi.com/2013/11/salam-jos-buat-semua-temen-temen-teknik.html

Rabu, 19 Maret 2014

PANEL HUBUNG BAGI (PHB)

PANEL HUBUNG BAGI (PHB)

PHB adalah panel hubung bagi / papan hubung bagi / panel berbentuk lemari (cubicle), yang dapat dibedakan sebagai :
  1. Panel Utama / MDP : Main Distribution Panel
  2. Panel Cabang / SDP : Sub Distribution Panel
  3. Panel Beban / SSDP : Sub-sub Distribution Panel
Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya merupakan kabel feeder dan biasanya menggunakan NYFGBY. Di dalam panel biasanya busbar / rel dibagi menjadi dua segmen yang saling berhubungan dengan saklar pemisah, yang satu mendapat saluran masuk dari APP (pengusaha ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik sendiri (genset). Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara langsung atau melalui SDP dan atau SSDP. Tujuan busbar dibagi menjadi dua segmen ini adalah jika sumber listrik dari PLN mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan, maka suplai ke beban tidak akan terganggu dengan adanya sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan. Peralatan pengaman arus listrik untuk penghubung dan pemutus terdiri dari :
  1. Circuit Breaker (CB) : MCB (Miniatur Circuit Breaker), MCCB (Mold Case Circuit Breaker), NFB (No Fuse Circuit Breaker), ACB (Air Circuit Breaker), OCB (Oil Circuit Breaker), VCB (Vacuum Circuit Breaker), SF6CB (Sulfur Circuit Breaker)
  2. Sekering dan pemisah : Switch dan Disconnecting Switch (DS)
Peralatan tambahan dalam PHB antara lain :
  1. Rele proteksi
  2. Trafo tegangan, trafo arus
  3. Alat-alat ukur besaran listrik : amperemeter, voltmeter, frekuensi meter, cos phi meter
  4. Lampu-lampu tanda

Contoh gambar diagram satu garisnya bisa dilihat pada gambar 2.11. Untuk PHB sistem tegangan menengah, terdiri dari tiga cubicle yaitu satu cubicle incoming dan cubicle outgoing. Hantaran masuk merupakan kabel tegangan menengah dan biasanya dengan kabel XLPE atau NZXSBY. Saluran daya tegangan menengah ditransfer melalui trafo distribusi ke LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel). Pengaman arus listriknya terdiri dari sekering dan LBS (Load Break Switch). Peralatan dan rangkaian dari busbar sampai ke beban seperti pada PHB sistem tegangan rendah. Contoh gambar diagram satu garisnya bisa dilihat pada gambar 2.12. Berikut ini adalah salah satu contoh cubicle yang ada di ruang praktek di POLBAN.


1. MCB (Miniatur Circuit Breaker)
MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan komponen thermis (bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relay elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa dan tiga fasa. Keuntungan menggunakan MCB, yaitu :
  • Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubung singkat pada salah satu fasanya.
  • Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat atau beban lebih.
  • Mempunyai respon yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban lebih.
Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal), pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus yang harus ran yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak. MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa, sedangkan untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus. Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat digolongkan menjadi 5 jenis ciri yaitu :
  • Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) : Digunakan untuk pengaman rangkaian semikonduktor dan trafo-trafo yang sensitif terhadap tegangan.
  • Tipe K (rating dan breaking capacity kecil)
  • Digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah tangga.
  • Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.
  • Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.
  • Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan

2. MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)
MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyaidua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.


3. ACB (Air Circuit Breaker)
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun gangguan.


Air Circuit Breaker dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Rating standar Air Circuit Breaker (ACB) yang dapat dijumpai dipasaran seperti ditunjukkan pada data diatas. Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan bantuan solenoid motor ataupun pneumatik. Perlengkapan lain yang sering diintegrasikan dalam ACB adalah :
  • Over Current Relay (OCR)
  • Under Voltage Relay (UVR)
4. OCB (Oil Circuit Breaker)
Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak sebagai sarana pemadam busur api yang timbul saat terjadi gangguan. Bila terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang dekat busur api akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan dikelilingi oleh gelembung-gelembung uap minyak dan gas. Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan bunga api.


5. VCB (Vacuum Circuit Breaker)
Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk memadamkan busur api, pada saat circuit breaker terbuka (open), sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi, akibat gangguan atau sengaja dilepas. Salah satu tipe dari circuit breaker adalah recloser. Recloser hampa udara dibuat untuk memutuskan dan menyambung kembali arus bolak-balik pada rangkaian secara otomatis. Pada saat melakukan pengesetan besaran waktu sebelumnya atau pada saat recloser dalam keadaan terputus yang kesekian kalinya, maka recloser akan terkunci (lock out), sehingga recloser harus dikembalikan pada posisi semula secara manual.


6. SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)
SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai sarana pemadam busur api. Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat memadamkan busur api yang baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV – 760 KV.

 
Source : http://tarn2007.blogspot.com/2011/09/panel-hubung-bagi-phb.html

Pengenalan Kubikel 20 kV

http://www.scribd.com/doc/110265360/Konstruksi-KUBIKEL

KONSEP DASAR GARDU INDUK



BAB I
KONSEP DASAR GARDU
INDUK

1.1. PENGERTIAN UMUM
  •  Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).
  •  Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik.
  •  Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik.
  •  Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
  •  Dalam pembahasan ini difokuskan pada masalah gardu induk yang pada umumnya terpasang di Indonesia, pembahasannya bersifat praktis (terapan) sesuai konsttruksi yang terpasang di lapangan.
1.2. FUNGSI GARDU INDUK
  •  Mentransformasikan daya listrik :
  •  Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
  •  Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
  •  Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20 KV).
  •  Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
  • Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem tenaga listrik.
  •  Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di gardu induk.
  • Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita kenal dengan istilah SCADA.
1.3. JENIS GARDU INDUK
  •  Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
  • Berdasarkan besaran tegangannya.
  •  Berdasarkan pemasangan peralatan.
  •  Berdasarkan fungsinya.
  •  Berdasarkan isolasi yang digunakan.
  •  Bedasarkan sistem rel (busbar).
  •  Dilihat dari jenis komponen yang digunakan, secara umum antara GITET dengan GI mempunyai banyak kesamaan. Perbedaan mendasar adalah :
  •  Pada GITET transformator daya yang digunakan berupa 3 buah tranformator daya masing – masing 1 phasa (bank tranformer) dan dilengkapi peralatan rekator yang berfungsi mengkompensasikan daya rekatif jaringan.
  • Sedangkan pada GI (150 KV, 70 KV) menggunakan Transformator daya 3 phasa dan tidak ada peralatan reaktor.
  • Berdasarkan besaran teganganny, terdiri dari :
  •  Gardu INduk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV.
  •  Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.
1.3.1. BERDASARKAN PEMASANGAN PERALATAN
  • Gardu Induk Pasangan Luar :
  •  Adalah gardu induk yang sebagian besar komponennya di tempatkan di luar gedung, kecuali komponen kontrol, sistem proteksi dan sistem kendali serta komponen bantu lainnya, ada di dalam gedung.
  • Gardu Induk semacam ini biasa disebut dengan gardu induk konvensional.
  • Sebagian besar gardu induk di Indonesia adalah gardu induk konvensional.
  • Untuk daerah-daerah yang padat pemukiman dan di kota-kota besar di Pulau Jawa, sebagian menggunakan gardu induk pasangan dalam, yang disebut Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS).
  • Gardu Induk Pasangan Dalam :
  • Adalah gardu induk yang hampir semua komponennya (switchgear, busbar, isolator, komponen kontrol, komponen kendali, cubicle, dan lain-lain) dipasang di dalam gedung. Kecuali transformator daya, pada umumnya dipasang di luar gedung.
  • Gardu Induk semacam ini biasa disebut Gas Insutaled Substation (GIS).
  • GIS merupakan bentuk pengembangan gardu induk, yang pada umumnya dibangun di daerah perkotaan atau padat pemukiman yang sulit untuk mendapatkan lahan.
  • Beberapa keuanggulan GIS dibanding GI konvensional :
  • Hanya membutuhkan lahan seluas ± 3.000 meter persegi atau ± 6 % dari luas lahan GI konvensional.
  • Mampu menghasilkan kapasitas daya (power capasity) sebesar 3 x 60 MVA bahkan bisa ditingkatkan sampai dengan 3 x 100 MVA.
  • Jumlah penyulang keluaran (output feeder) sebanyak 24 penyulang (feeder) dengan tegangan kerja masing-masing 20 KV.
  • Bisa dipasang di tengah kota yang padat pemukiman.
  • Keunggulan dari segi estetika dan arsitektural, karena bangunan bisa didesain sesuai kondisi disekitarnya.
  • Gardu Induk kombinasi pasangan luar dan pasangan dalam : Adalah gardu induk yang komponen switchgear-nya ditempatkan di dalam gedung dan sebagian komponen switchgear ditempatkan di luar gedung, misalnya gantry (tie line) dan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) sebelum masuk ke dalam switchgear. Transformator daya juga ditempatkan di luar gedung.
1.3.2. BERDASARKAN FUNGSINYA
  1. Gardu Induk Penaik Tegangan :
  • Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan sistem.
  • Gardu Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik.
  • Karena output voltage yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi. 
  1.  Gardu Induk Penurun Tegangan :
  • Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan, dari  tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih rendah dan menengah atau tegangan distribusi.
  • Gardu Induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.
Gardu Induk Pengatur Tegangan :
  • Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga listrik.
  • Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage drop) transmisi yang cukup besar.
  • Oleh karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti bank capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal. 
  • Gardu Induk Pengatur Beban :
  • Berfungsi untuk mengatur beban.
  • Pada gardu induk ini terpasang beban motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor berubah menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau menjadi beban, dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan air kembali ke kolam utama.
  • Gardu Induk Distribusi :
  • Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ke tegangan distribusi.
  • Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.
1.3.3. BERDASARKAN ISOLASI YANG DIGUNAKAN

Gardu Induk yang menggunakan isolasi udara :
  • Adalah gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan lainnya.
  • Gardu Induk ini berupa gardu induk konvensional (lihat gambar 1), memerlukan tempat terbuka yang cukup luas.

Gambar 1 : Gardu induk konvensional



Gardu Induk yang menggunakan isolasi gas SF 6 :
  • Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian lain yang bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan.
  • Gardu induk ini disebut Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS), yang memerlukan tempat yang sempit (lihat gambar 2).


Gambar 2 : Gas Insulated Substation (GIS)
1.3.4. BERDASARKAN SISTEM REL (BUSBAR)
    Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara transformator daya, SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya, untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik. Berdasarkan sistem rel (busbar), gardu induk dibagi menjadi beberapa jenis, sebagaimana tersebut di bawah ini :
- Gardu Induk sistem ring busbar :
  • Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring.
  • Pada gardu induk jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu dengan lainnya dan membentuk ring (cincin).
- Gardu Induk sistem single busbar :
  • Adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar.
  • Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada ujung (akhir) dari suatu sistem transmisi.
  • Single line diagram gardu sistem single busbar, lihat gambar 3.
Gbr3.Single line diagram gardu induk single busbar
- Gardu Induk sistem double busbar :
  • Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
  • Gardu induk sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem).
  • Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan.
  • Single line diagram gardu induk sistem double busbar, lihat gambar 4.
Gbr.4. Single line diagram gardu induk sistem double busbar.
- Gardu Induk sistem satu setengah (on half) busbar :
  • Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
  • Pada umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas besar.
  • Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan sistem (manuver system).
  • Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang terpasang secara deret (seri). Single line diagram, lihat gambar 5.

Gbr.5. Single line diagram gardu induk satu setengah busbar
 
Source :
http://andre-electro.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-gardu-induk.html

PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNGBAGI ( CUBICLE ) 3 PHASA

http://www.scribd.com/doc/79075748/Cubicle-Lengkap

PENGETAHUAN DASAR GARDU INDUK 20 KV


PENGETAHUAN DASAR
GARDU INDUK SISI 20KV
GARDU INDUK SISI 20KV
Gardu Induk sisi 20KV merupakan instalasi system penyaluran tenaga listrik dengan tegangan menengah (20.000 Volt)  ke pusat - pusat beban. Di dalamnya terdapat cubicle/panel bagi yaitu panel In comming, Out going, Kopel, Panel Pengukuran dan panel Trafo Pemakaian Sendiri. Panel In comming disuplay dari out put  Trafo Tenaga (sisi  Sekunder)  yang berfungsi mentranformasikan tegangan tinggi menjadi tegangan menengah. Panel In Comming merupakan Induk dari Out Going. Panel Kopel berfungsi untuk memaralel/menghubungkan dua sumber atau trafo yang berbeda. Panel Out Going yang berfungsi menghubung dan memutus sumber ke gardu distribusi/pelanggan. Panel pengukuran berfungsi untuk mengukur energi listrik yang berisi peralatan ukur serta suplay trafo tegangan (VT). Panel Trafo Pemakaian Sendiri (PS) biasanya menggunakan LBS/Load Breaker Swicth yang berfungsi untuk menghubung dan memutus sumber Trafo PS.
Gambar: Wilayah Gardu Induk Sisi 20KV
Type  Cell Gardu Induk sisi 20KV
1.       Open  type/konvensional
Cel kubikel terbuka, konstruksi busbar rell terlihat dan biasa terpasang di atas .Menggunakan sekat tembok sebagi pembatas cel yang satu dengan cel lainnya. Cel kubikel terbuka memungkinkan binatang masuk sehingga menyebabkan gangguan yang mengganggu system.
2.       Close type
Cel kubikel tertutup plat panel,  busbar rell tidak terlihat dan pemasangannya ada yang di atas dan ada yang dibawah. Sekat plat sebagai pembatas cel yang satu dengan cel lainnya. Karena semuannya tertutup sehingga binatang tidak bisa masuk dalam cel kubikel sehingga aman. Namun tidak menutup kemungkinan binatang dapat masuk dalam cel bila lalai menutup lobang lobang cable in door.
CUBICLE
Cubicle merupakan seperangkat panel hubung bagi dengan tegangannya 20.000 Volt yang dipasang dalam gardu induk berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung, pengontrol dan proteksi system penyaluran tenaga listrik ke pusat pusat beban.
Bagian – bagian Cubicle                                                        
Gambar: Peralatan dalam Cubicle close type
Compartemen Rell
Berfungsi sebagai tempat kedudukan busbar/rell. Dilengkapi dengan isolator penyangga yang berfungsi untuk menyangga kedudukan rell agar kuat.
Compartemen  Lemari Control
Berfungsi sebagai pusat terminal control, sumber dc dan peralatan pendukung seperti Ampermeter, Relay Proteksi, Kwhmeter tombol close/open dan juga pusat wirring control. Panel ini sering disebut dengan lemari LV (Low Voltage) karena tegangannya yang ada adalah tegangan rendah.
Pemisah Rell
Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran listrik tanpa beban kontak penghubung Pemisah Rell tidak  dilengkapi dengan media peredam busur api.
Pemutus Tenaga PMT/CB
Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran listrik dalam keadaan berbeban atau tidak berbeban, termasuk memutus pada saat terjadi gangguan hubung singkat. Kontak penghubung PMT dilengkapi dengan media peredam busur api. Closing Coil berfungsi menggerakkan mekanik untuk menghubung/close kontak utama PMT, sedangkan tripyng coil berfungsi menggerakkan mekanik untuk membuka/open kontak utama PMT. Motor berfungsi untuk mengisi pegas/spring charge mekanik PMT yang siap dieksekusi closing coil/tripyng coil. Motor dalam PMT ada yang sumber powernya AC 220 V atau ada juga yang menggunakan DC 110 V.
Pemisah Kabel
Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran listrik tanpa beban, kontak penghubung Pemisah cabel  tidak  dilengkapi dengan media peredam busur api.
Compartemen Kabel
Sebagai ruang tempat kedudukan cabel in door.
Trafo Arus
Trafo Arus (CT) merupakan alat pendukung yang digunakan dalam instalasi Gardu Induk Sisi 20 KV. Alat ini untuk mendukung dalam pengukuran arus yaitu sebagai pengukuran dan sebagai proteksi terhadap arus lebih. Trafo arus ini berfungsi untuk menurunkan arus yang bekerja/mengalir berdasarkan prinsip induksi elektromagnet, yaitu timbulnya arus dalam suatu sirkit listrik (sisi sekunder) akibat dari pengaruh sirkit yang lain (sisi primer) secara fisik tidak saling berhubungan  dalam rangkaian tertutup. Peristiwa ini terjadi  karena  adanya perpotongan garis medan magnet yang  berubah – ubah memotong penghantar tersebut.
Fungsi
1.       Mentransformasikan besaran arus dari nilai arus yang besar ke arus yang kecil digunakan untuk pengukuran dan proteksi. Arus primer ke arus sekunder yang digunakan untuk pengukuran yaitu Ampermeter dan KWhmeter serta untuk proteksi yaitu relay proteksi.
2.       Sebagai isolasi antara sisi tegangan yang diukur/diproteksi dengan alat ukurnya atau alat proteksinya.
Trafo Tegangan
Trafo Tegangan merupakan suatu peralatan listrik yang digunakan dalam instalasi Gardu Induk Sisi 20kV. Alat ini membantu dalam pengukuran tegangan dan digunakan untuk pengukuran tegangan pada KWhmeter. Alat ini juga membantu dalam system proteksi yaitu untuk relay UFR (Under Frekwensi Relay) mendeteksi frekwensi dari tegangan tersebut.
Fungsi
1.       Mentranformasikan besaran tegangan dari nilai tegangan yang besar ke tegangan yang kecil digunakan untuk pengukuran dan proteksi.
2.       Sebagai isolasi antara sisi tegangan yang diukur/diproteksi dengan alat ukurnya atau alat proteksinya.
Pemanas (Heater)
Merupakan alat pemanas berfungsi untuk memanaskan ruang terminal kabel dalam kubikel agar kelembabannya terjaga. Keadaan ini diharapkan dapat mengurangi efek corona pada terminal kubikel tersebut. Corona  akan menyebabkan turunnya kualitas isolasi/breakdown peralatan. Sehingga apabila ada kenaikan tegangan/arus akibat gangguan, maka titik lemah dari isolasi ini akan terancam untuk rusak/meledak/terbakar.
PROTEKSI GARU INDUK SISI 20KV
Proteksi dalam system Gardu Induk sisi 20KV adalah untuk mengamankan peralatan/system sehingga kerugian akibat gangguan dapat dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin dengan cara:
1.       Mendeteksi adanya gangguan / keadaan abnoramal lainnya yang dapat membahayakan peralatan / system.
Contoh :
2.       Melepaskan / memisahkan bagian system yang terganggu atau yang mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang dilalui arus gangguan dapat dibatasi seminimal mungkin dan bagian system lainnya tetap dapat beroperasi.
Fungsi proteksi
1.       Merasakan dan melokalisir bagian yang terganggu secepatnya.
2.       Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
3.       Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian yang lain tidak terganggu di dalam system tersebut.
4.       Mencegah meluasnya gangguan untuk menjamin keandalan penjualan tenaga listrik.
5.       Memperkecil bahaya bagi manusia.
Komponen proteksi
1.       Komponen utama
a.       Relay proteksi
b.      Sumber relay proteksi
2.       Komponen bantu
a.       CT
b.      Relay bantu
c.       Tripyng coil
Syarat alat proteksi
1.       Selektif
Yaitu selektif terhadap mana arus beban dan mana arus gangguan.
2.       Sensitive
Yaitu peka terhadap arus gangguan sesuai seting.
3.       Cepat
Yaitu bekerja cepat sesuai seting sehingga bagian yang terganggu tidak meluas.
4.       Andal
Yaitu dalam keadaan normal tidak boleh bekerja tetapi harus pasti dapat bekerja bila diperlukan.
5.       Ekonomis
Yaitu persyaratan pokok proteksi dapat terpenuhi sehingga system yang dilindungi dapat terjamin kelangsungannya beroperasi.
Prinsip kerja relay OCR & GFR
Apabila relay proteksi merasakan arus gangguan maka dengaan segera kontak trip relay bekerja (yang tadinya NO menjadi NC) sehingga memberi suplay pada tripyng coil. Tripyng coil bekerja menggerakkan mekanik open PMT sehingga membuka kontak utama PMT. Proses ini berlangsung sangat cepat(bebepapa detik) tujuannya segera mengisolasi daerah yang terganggu, namun bila relay proteksi tidak bekerja maka gangguan akan meluas yang menyebabkan kerugian.
Kegagalan kerja proteksi dapat disebabkan oleh :
1.       Relay rusak
2.       Seting relay tidak benar
3.       Power suplay dc tidak ada/ hilang
4.       Gangguan pada mekanis tripyng/pegas macet
5.       Kegagalam PMT memutus arus gangguan (media pemutus) gas habis
6.       Trafo arus tidak jenuh pada arus gangguan
7.       Kesalahan pengawatan wirring tripyng
TRANSAKSI ENERGI GARDU INDUK SISI 20KV
                Energy Listrik yang di distribusikan ke pelanggan di ukur dengan menggunakan alat pengukur yaitu KWhmeter, KVarhmeter. KWhmeter berfungsi untuk mengukur energy aktif/daya aktif sedangkan KVarhmeter mengukur energy reaktif/daya reaktif. Alat ukur tersebut merupakan meter yang digunakan sebagai alat transaksi jual beli energy listrik dengan pelanggan.
Jenis KWH :
1.       Elektromekanik
Prinsip kerja yaitu Meter berdasarkan prinsip elektro mekanik. Arus dan tegangan listrik menimbulkan gaya gerak listrik yang menggerakkan / memutar piringan pada porosnya. Putaran poros piringan diteruskan melalui roda-roda gigi ke drum register.
Gambar :  Kwhmeter Mekanik 1 phase
Register atau pencatat berfungsi untuk mencatat atau menghitung energi yang terpakai oleh pelanggan.
Kumparan tegangan berfungsi untuk membangkitkan fluks tegangan.
Kumparan arus berfungsi untuk membangkitkan fluks arus.
Magnet permanen berfumgsi sebagai pengereman dan menahan putaran ikutan dari piringan alumunium.
 Piringan alumunium adalah sebagai tempat integrasi fluks tegangan dan fluks arus serta terjadinya arus foucault sehingga timbul momen putar pada piringan.
Kotak terminal yaitu sebagai tempat penyambungan kabel.
2.       Elektronik
Prinsip kerja yaitu besaran arus maupun tegangan per fasa diubah senilai dengan level sinyal oleh sensor arus dan tegangan, selanjutnya arus dan tegangan analog per fasa diubah menjadi sinyal digital dan nantinya akan diproses untuk mendapatkan besaran seperti arus, tegangan, daya aktif, daya reaktif factor daya selanjutnya nilai besaran tersebut dapat disimpan dalam memory yang ada dalam Kwh Elektronik tersebut.
Pada relay elektronik ini akan lebih mudah dalam mengecek kesalahan wiring CT dan VT sehingga kemungkinan kesalahan dalam perhitungan energi yang terpakai tidak terjadi. Meter jenis ini banyak digunakan karena memang keunggulannya dibanding dengan meter elektromekanik. Meter elektronik sudah diprogram dengan komputer menggunakan tiga tarif yaitu WBP/Waktu beban Puncak            (18.00 – 20.00), LWBP 1/Luar Waktu Beban Puncak 1 (20.00 – 06.00) dan LWBP 2/Luar Waktu Beban Puncak 2 (06.00– 18.00).
Sistem Pengawatan
Menggunakan system Pengawatan Tak Langsung
Gambar: Pengawatan Kwhmeter
TRAFO PEMAKAIAN SENDIRI
Trafo Pemakaian Sendiri (PS) merupakan trafo step down (penurun tegangan) yaitu dari tegangan menengah (20.000Volt) menjadi tegangan rendah (380Volt). Trafo ini di sebut trafo PS karena fungsinya yaitu untuk suplay keperluan Gardu Induk itu sendiri.               
Fungsi
Sebagai sumber tegangan yang digunakan untuk kebutuhan intern gardu induk yaitu untuk suplay power  penerangan, peralatan tenaga/motor penggerak, peralatan control, rectifier, alat pendingin serta peralatan lain yang membutuhkan sumber tegangan.
Pengaman Lebur Trafo PS
Pengaman lebur tegangan menengah atau disebut Fuse TM merupakan alat proteksi yang berfungsi sebagai pengaman pada sistem instalasi Trafo Pemakaian Sendiri terhadap arus beban lebih/overload dan arus gangguan yang terjadi. Prinsip kerja yaitu bila arus melewati pengaman lebur melebihi nilai arus rating nominal maka elemen lebur akan panas dan terus miningkat hingga mencapai titik leburnya. Nilai arus rating pengaman lebur yang digunakan di sesuaikan dengan arus dari daya trafo Pemakaian Sendiri.
SUMBER  DC
Sumber pasokan DC 110 volt pada instalasi Gardu Induk digunakan untuk keperluan peralatan bantu, antara lain :
1.       Rangkaian control ( Close/Open CB,DS )
2.       Sistem Proteksi ( Relay proteksi, rangkaian triping/closing )
3.       Sistem Signaling ( Indikator-indikator )
4.       General ( Umum )
Ada dua sumber DC yang digunakan dalam instalasi Gardu Induk yaitu rectifier dan aki/baterai. Sumber utama yang digunakan yaitu Rectifier namun apabila Trafo PS padam maka Baterai langsung memback-up sumber DC, sehingga peralatan bantu dapat terus bekerja.
Rectifier
Rectifier adalah suatu rangkaian alat listrik untuk mengubah arus listrik bolak –balik (AC) menjadi arus searah ( dc )yang berfungsi untuk suplai DC dan mengisi batere agar kapasitasnya tetap terjaga penuh sehingga kehandalan sumber DC pada Gardu Induk terjamin.Maka Rectifier tersebut harus selalu ON dan selalu tersambung ke batere.
Aki/Baterai
Batere adalah sebuah sel listrik dimana didalamnya berlangsung proses elektrokimia yang reversible, artinya di dalam batere dapat berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Dalam suatu pekerjaan yang utama adalah keselamatan kerja, karena kesalamatan akan memberikan rasa aman, nyaman dan bahagia pada setiap pekerja. Sehinnga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan hasil yang maksimal. Lingkungan kerja dalam Gardu Induk sisi 20kv sangat berbahaya karena berhadapan dengan tegangan 20.000 volt. Tegangan listrik tidak terlihat dan tidak berbau tetapi dapat dirasakan. Bahaya akibat tegangan listrik terhadap manusia yaitu kejutan
Bahaya akibat tegangan listrik di dalam lingkungan kerja Gardu Induk sisi 20kv tidak dapat kita hilangkan tetapi dapat kita kendalikan ,Maka penggunaan alat pelindung diri sangatlah diperlukan.
Dasar Hukum
Sumber hukum yang paling mendasar tentang keselamatan kerja di Indonesia ialah undang undang    No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang undang ini di buat dengan menimbang :
a.       Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
b.      Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya.
c.       Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan effisien.
d.      Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja.
e.      Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.
Tujuan
1. Mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera
2. Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai tujuan penggunaannya
3. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik.
Alat Keselamatan Kerja (Alat Pelindung Diri/APD)
1.       Pakaian kerja/Wearpack
Memberikan perlindungan atau proteksi terhadap anggota badan dari bahaya listrik dan panas.
2.       Pelindung Kepala (Helm)
Melindungi kepala dari benturan atau kejatuhan benda dari atas.
3.       Pelindung Tangan (Sarung tangan)
Melindungi tangan dan lengan terhadap debu/kotoran dan bahaya benturan benda keras.
Sarung tangan tahan tegangan
Melindungi tangan dan lengan terhadap bahaya listrik.
4.       Pelindung Kaki (Sepatu)
Melindungi kaki dan sebagai isolasi.
Sepatu tahan tegangan
Melindungi kaki dan sebagai isolasi dari bahaya listrik.
Source :
http://mtrpagi.blogspot.com/2012/09/pengetahuan-dasar-gardu-induk-20-kv.html